Follow kami di google berita

Dianggap Sumber Ketakutan, Madri Minta Kaji Penanganan Buaya dan Sarankan Buat Penangkaran

A-News.id, Tanjung Redeb – Baru-baru ini, buaya di perairan sungai kembali memakan korban. Seorang pria berusia 63 tahun tewas diterkam buaya saat mandi di dermaga depan mess PT Praba Sambarata, Jumat (1/12/2023) sekitar pukul 16.30 wita, lalu.

Hal ini pun menjadi perhatian Ketua DPRD Berau, Madri Pani. Dia mendorong Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Berau untuk memperhatikan ekosistem buaya di Kabupaten Berau demi keselamatan masyarakat.

Madri menyebut permasalahan buaya yang kerap kali muncul di sungai dan laut Berau, sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat, terutama bagi warga yang mata pencaharian sebagai nelayan dan penambak.

“Masyarakat menjadi takut untuk turun mencari rezeki karena khawatir ada buaya,” ucapnya, saat berdiskusi santai dengan awak media, beberapa waktu lalu.

Dirinya menyayangkan sudah banyak kejadian yang memakan korban akibat diterkam buaya yang berada di perairan Berau.

“Terakhir ini saja info yang kita dapatkan telah terjadi di Kampung Tasuk, Gunung Tabur,”tuturnya.

Dirinya menyebut, para nelayan dan penambak merasa takut untuk mencari rezeki, pelaku usaha tambak merasa rugi ketika sudah menggelontorkan dana yang besar namun buaya yang merusak usaha mereka.

“Karena ada laporan masyarakat laut Berau yang memiliki usaha tambak mendapati tambaknya sedang dinaiki oleh buaya disana,” ujarnya.

Dirinya meminta kepada DLHK untuk mengkaji kembali terkait penanganan buaya yang menjadi sumber ketakutan dari nelayan di Berau. Bila perlu dari pihak BKSDA untuk mengkaji ulang aturan dan kebijakan yang berlaku.

“Seperti melakukan penangkapan buaya dan dibuatkan penangkaran sebagai wisata. Ini sebagai contoh saja untuk DLHK dan BKSDA membuat suatu program agar permasalahan buaya ini dapat diselesaikan,” katanya.

“Jadi masyarakat yang menangkap buaya tersebut tidak dengan membunuhnya melainkan merelokasikan ke tempat penangkaran yang telah tersedia. Inikan nilai positif untuk ekowisata kita,” tambahnya.

Menurutnya, salah satu alasan kenapa buaya berkeliaran saat ini dikarenakan habitat aslinya telah rusak dan sumber makanan buaya yang berada di hulu sungai sudah habis dan tetcemar oleh limbah pabrik.

“Seperti tercemarnya akibat limbah tambang atau pun limbah sawit hasil pemupukan, dampaknya mengakibatkan para buaya di sana harus mencari makan ke perantaran sungai pemukiman masyarakat,”bebernya.

Oleh sebab itu, Madri meminta kepada DLHK dan BKSDA Berau untuk mengkaji dan membuat aturan yang tidak membahayakan habitat buaya yang ada.

Lanjutnya, permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari pihak terkait untuk memerhatikan nasib dari para nelayan dan penambak agar tidak merasa di teror dengan ketakutan akibat kemunculan hewan pemangsa ini. (ADV/to)

Bagikan

Subscribe to Our Channel