Follow kami di google berita

Ancaman DBD di Berau, RSUD Sebut per Januari Sudah Ada 15 Kasus

A-News.id, Tanjung Redeb – Kasus Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Berau mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Menurut data dari Rumah Sakit Daerah (RSUD) Dr. Abdul Rivai, kasus demam berdarah pertama kali terkonfirmasi pada bulan Oktober 2021 dan terus naik hingga Januari 2022 pasiennya mulai dari dewasa hingga anak-anak.

Humas RSUD Abdul Rivai Dr. Erva Anggriana M.A.P menyebut, terkait perkembangan kasus di bulan Oktober hanya ada 1 pasien, selanjutnya di bulan November 11 pasien, Desember 21 pasien dan hingga pertanggal 13 Januari 2022 terdapat 15 pasien.

“Itu data khusus anak-anak dan kalau dilihat dari Desember peningkatannya ini sudah lebih dari 50 persen, orang dewasa yang terjangkit juga cukup tinggi namun kita belum menerima data yang fix nya,” katanya saat diwawancarai, Kamis (13/1/2022).

Erva juga mengatakan, kenaikan kasus demam berdarah dengue ini patut menjadi perhatian serius. Hal ini mengingat Indonesia juga tengah dilanda pandemi covid-19 sejak Maret 2020 lalu.

Karena sektor kesehatan saat ini sedang fokus penanganan Covid-19 menjadikan layanan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) berkurang. Dengan kondisi seperti ini maka masyarakat diharapkan lebih siap untuk melakukan tindakan pencegahan.

“Mungkin yang harus kita pahami kondisi ini beriringinan dengan turunnya kasus covid-19, otomatis kita harus waspada bukan hanya fokus terhadap covid-19 tapi juga terhadap DBD,” tambahnya.

Melihat kondisi kenaikan kasus ini, pihak RSUD mengimbau agar masyarakat bisa membudayakan 3 M plus. Yakni, menguras, menutup dan mengubur terhadap kemungkinan-kemungkinan yang menjadi sarang nyamuk berkembang biak.

“Memang saat covid-19 ini kondisinya agak sedikit berbeda, dulu ada program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) yang dilakukan secara rutin oleh puskesmas, kini karena tengah fokus penangan covid program tersebut tidak bisa rutin lagi,” jelas Erva.

Dari lingkungan keluarga yang terpenting harus tahu diagnosisnya terlebih dahulu sehingga bisa dilakukan cara pengobatannya yang tepat. Sebab, jika hanya melihat dari ciri demam saja, baik DBD maupun covid juga dicirikan demam tinggi.

“Namun kalau DBD lebih banyak lagi pendarahan-pendarahan otomatis ketika kita (orang tua) melihat kondisi anak dengan demam beberapa hari tapi tidak ada perubahan tolong untuk segera dibawa ke layanan kesehatan terdekat,” pungkasnya.

Salah satu orang tua, Soleman yang anaknya menjadi korban DBD menuturkan, awal mula gejala awal penyakit anaknya adalah demam disertai muntah dan kerap buang air besar (muntaber) namun begitu, Soleman menduga jika anaknya tersebut hanya menderita demam biasa karena pengaruh cuaca hujan.

“Ternyata begitu kita bawa ke dokter praktek dan kita diminta untuk mengambil sampel darah barulah kita tahu kalau anak saya positif DBD,” ujar Soleman sambil menemani anaknya yang terbaring lemas.

(mik)

Bagikan

Subscribe to Our Channel