ANews, Samarinda – Tingginya angka pernikahan dini di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mengundang keprihatinan Wakil Ketua DPRD Kaltim Seno Aji. Menurutnya, di tengah pandemi COVID-19, pernikahan dini ini semakin meningkat, yang dipengaruhi salah satu diantaranya masalah ekonomi masyarakat, budaya dan minimnya edukasi tentang pernikahan dini.
Berdasarkan data perkawinan anak usia dini di kabupaten/kota Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kaltim, tahun 2018, angka pernikahan dini di Kaltim sebanyak 1.184.100. Tahun 2019, angka pernikahan dini sebanyak 23.700 permohonan. Angka ini terus mengalami peningkatan sejak Januari hingga Juni 2020 sebanyak 34 ribu permohonan dispensasi pernikahan dini diajukan, dengan usia di bawah 19 tahun. 97 persen pengajuan dikabulkan. Khusus di Kukar, angka pernikahan dini tembus hingga 268 kasus sepanjang tahun 2020. Sedangkan Samarinda dan Balikpapan berada di urutan selanjutnya.
“Kita cukup prihatin, tapi memang hal ini perlu didiskusikan. Apa yang menjadi latar belakang pernikahan dini. Ada kemungkinan orangtua tidak sanggup dikarenakan pandemi, sehingga anaknya dinikahkan secara dini,” ujar wakil rakyat dari Dapil Kukar ini.
Seno Aji menyebut, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab terbesar terjadinya pernikahan dini. Untuk itu, ia menilai perlunya dilakukan diskusi dengan unit terkait seperti BKKBN, termasuk juga Pemerintah Kabupaten untuk dapat memberikan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat terkait hal tersebut.
“Kita perlu diskusi dengan BKKBN secara konfrehensif, terutama dengan Pemkab supaya bisa memberikan sosialisasi pada masyarakat, bahwa pernikahan dini tidak baik untuk pertumbuhan fisik si anak,” katanya.
Legislator dari Partai Gerindra ini mengatakan, pihaknya akan melakukan diskusi-diskusi terkait masalah pernikahan dini tersebut dengan pihak-pihak terkait, serta menggandeng lembaga terkait, membahas dan mengupas tuntas kasus dan bahaya pernikahan diri. (Ris)