Follow kami di google berita

Panen Banyak, Petani Butuh Pengering (Dryer)

A-News.id, Tanjung Redeb — Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak), Mustakim mengatakan, tentang produksi petani dalam beberapa daerah di Kabupaten Berau masih terkendala mekanisasi. Di daerah lain, alat berat sudah dapat masuk ke area persawahan sedangkan di Berau sendiri belum bisa diterapkan.

“Kalau di sana sudah, mekanisme alat berat masuk,” jelasnya.

Menurut Mustakim, PR kita hanya satu yaitu dryer (pengering), jadi pengering itu relatif mahal untuk kalangan petani maka dari itu pemerintah harus turun tangan.

“Dan untuk yang altenatif vertical dryer yang kapasitas besar, karena panennya banyakan di sana. Itu nanti di lengkapi lantai jembur yang dilengkapi dengan ultraviolet, pengering yang ultra violet relative murah, itu. Tiap satu kelompok tani, itu bisa dapat satu-satu. Kalau memang mau serius kedepannya,” ujarnya.

Menurutnya, sementara ini petani masih mengeringkan menggunakan cara manual sehingga menjemur langsung di bawah terik matahari.

“Karena Di sana itu pas musim panen, orang jemur itu tidak di lantai jemur semua, ada yang di aspal. Jadi kalau itu ada mobil lewat, itu bawa krikil. Ada nanti sampai di giling krikilnya masih ikut tercampur,” jelasnya.

Dikatakan Mustakim, untuk kualitas beras asli Berau dapat dilihat pasca panen, walau benihnya sama tapi hasil panennya pasti berbeda-beda.

“Karena kualitas tanah juga beda, antara produk di labanan, buyung-buyung, tasuk, Berbeda hasilnya. Karena kualitas tanah, tingkat keasaman berpengaruh, pupuk itu hampir tidak respon di tanah yang asam. Beda dengan di buyung-buyung.
Karena memang sudah lama, suhu tanahnya lebih bagus,” ujarnya.

Untuk swasembada pangan dikatakan Mustakim mungkin lama lagi selagi tidak ada alih fungsi lahan kedepannya. Ditambahkan Mustakim, kurangnya regenerasi petani juga menjadi salah satu kendala Berau menjadi swasembada pangan.

“Kalau generasi tidak mau terjun ke sawah, itu tidak ada cerita swasembada itu, karena yang petani-petani tua ingin pensiun juga. Dia menanam sawit untuk pensiun, jadi hanya di lahan jagung atau lahan kering,” katanya.

“Sekarang mereka menanam jagung, tapi untuk membiayai sawit, anaknya tidak pengen terjun kesitu, ini problem nasional. Kedepan kita akan mesupport, terutama biar generasi pemuda tertarik itu, mekanisasi memang. Kalau tidak mekanisasi, generasi muda tidak mau turun. Kurang bergengsi lah,” tandasnya. (Ry)

Bagikan

Subscribe to Our Channel