Follow kami di google berita

Mendag Zulhas Sebut Beras Mahal karena El Nino dan Stok Kurang

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) memberikan penjelasan mengenai kenaikan harga pangan di awal Ramadan. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain beras, minyak goreng curah, telur ayam ras, daging ayam, dan cabai.

Mendag Zulhas mengakui bahwa harga-harga tersebut memang naik sejak tanggal 8 Maret 2024.

Dilansir dari mediaindonesia.com, Mendag Zulhas mengungkapkan melonjaknya harga beras dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh kurangnya ketersediaan komoditas itu di lapangan. Hal itu disebabkan oleh produksi beras yang tertunda akibat fenomena iklim el nino.

“Musim tanam itu bergeser, maka beras lokal kurang, karena tidak ada yang tanam. Kalau tanam pun, itu hanya sedikit, mereka yang punya bendungan dan irigasi yang kuat saja. Jadi musim tanamnya bergeser, panennya bergeser,” ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (13/3).

Zulkifli mengatakan, situasi itu kemudian mendorong pemerintah untuk mengambil langkah cepat, yaitu impor beras. Itu bahkan telah dipercepat sejak akhir tahun lalu dengan realisasi impor mendekati 3 juta ton.

Impor terus dilakukan dengan kuota importasi beras tahun ini mencapai 3,6 juta ton. Jumlah itu bertambah 1,6 juta ton dari kuota awal tahun ini yang sebelumnya disepakati 2 juta ton.

Beras impor itu, kata pria yang akrab disapa Zulhas tersebut, digunakan untuk membanjiri pasar melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan yang dijalankan oleh Perum Bulog. “SPHP itu dijamin oleh pemerintah harganya Rp11 ribu kurang sedikit, dan beras medium Rp14 ribu per kg,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, kenaikan harga beras sedianya tak hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara produsen beras lainnya juga mengalami hal yang sama. Dus, harga beras di level internasional juga berada dalam level yang relatif tinggi.

Selain karena faktor iklim, kebijakan proteksi, atau pelarangan ekspor beras oleh India disebut menjadi sebab melambungnya harga komoditas itu di tingkat internasional. “Harga beras Thailand per Februari 2024 itu US$610, naik 32% dari periode yang sama tahun lalu,” pungkas Zulhas.

Namun penjelasan mengenai dinamika harga beras itu dikritisi oleh Anggota Komisi VI DPR Harris Turino. Dia mengatakan, jika El Nino disebut menjadi sebab utama, maka pemerintah dianggap gagal mengelola perberasan nasional. Sebab, masih banyak negara lain yang menghadapi El Nino namun harga beras relatif terkendali.

“Banyak negara lain yang masih punya kemampuan ekspor. Jadi pernyataan bahwa ini melulu karena El Nino menjadi dapat dipertanyakan,” kata dia.

Salah pengelolaan juga menurutnya dilakukan secara sadar oleh pemerintah. Harris mengungkapkan, pada Januari 2024, data Badan Pangan Nasional (Bapanas) stok beras nasional ada di angka 7,04 juta ton. Sementara kebutuhan untuk Februari saat itu diperkirakan mencapai 3 juta ton.

Namun karena adanya kepentingan Pemilu 2024, pemerintah tampak mengabaikan hal itu dan memilih melakukan impor secara masif. Penggunaannya pun menurut Harris tak jelas. Dugaan terkuat ialah untuk menyalurkan bansos menjelang pemilu.

“Bansos yang dilakukan besar-besaran di dalam waktu menjelang pemilu ini akhirnya menurunkan kemampuan pemerintah melakukan operasi pasar ketika terjadi kenaikan harga,” tuturnya. (Sumber : Media Indonesia)

Bagikan

Subscribe to Our Channel