Follow kami di google berita

Kematian Bayi Baru Lahir dan Balita di Berau Tertinggi di Kaltim

kematian ibu dan anak
Ilustrasi (Stable Diffusion)

A-News.id, Tanjung Redeb — Kabupaten Berau menduduki peringkat tertinggi dalam kasus kematian anak di Kalimantan Timur, dengan 11 kematian bayi dan 9 kematian neonatal (bayi baru lahir usia 0-28 hari) dari total 53 kasus pertanggal 12 Februari 2024.

Peta sebaran kematian bayi dan neonatal tersebut dibagikan melalui akun resmi Instagram PPID Dinkes Provinsi Kaltim. Dilansir dari antaranews.com, terdapat 3 kasus kematian ibu dan 53 kasus kematian anak di Kaltim, termasuk bayi (neonatal) usia 0-28 hari, bayi usia 0-12 bulan, dan balita.

“Kematian ibu terjadi di Kutai Kartanegara sebanyak 2 orang dan Samarinda sebanyak 1 orang. Sementara itu, terdapat 23 kasus kematian neonatal, 28 kasus kematian bayi (0-12 bulan), dan 2 kasus kematian balita,” ujar Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin di Samarinda.

Jaya menjelaskan bahwa Kabupaten Berau memiliki jumlah kematian anak tertinggi, dengan 11 kematian bayi dan 9 kematian neonatal. Diikuti oleh Kabupaten Kutai Kartanegara dengan 1 kematian balita, serta 7 kematian neonatal dan bayi masing-masing.

Ia berharap agar angka kematian ibu dan anak tidak bertambah lagi, mengingat target nasional untuk kematian bayi baru lahir dan balita adalah 12 per seribu kelahiran.

Menurutnya, faktor utama kematian ibu dan anak adalah hamil pada usia yang sudah tua, komplikasi saat persalinan, dan infeksi. Ia juga menambahkan bahwa banyak bayi yang meninggal karena lahir prematur dan mengalami gangguan sistem pernafasan.

“Terkait infeksi, banyak bayi yang baru lahir meninggal setelah lebih dari dua hari,” kata Jaya.

Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya telah meningkatkan layanan program kesehatan ibu dan anak, seperti pemeriksaan ibu hamil, pemberian obat tambah darah, dan rujukan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap.
Ia juga menjamin bahwa semua ibu hamil yang tidak memiliki kartu BPJS Kesehatan dapat mendapatkan jaminan persalinan di fasilitas kesehatan terdekat.
“Kalau ada risiko tinggi bisa dirujuk ke rumah sakit yang punya alat lengkap, termasuk jaminan bagi mereka yang tidak punya BPJS jadi jangan takut datang ke fasilitas kesehatan. Ada jaminan persalinan,” tegasnya.
Dinkes Kaltim juga berupaya untuk terus menekan angka kematian ibu akibat melahirkan. Data pada dua tahun terakhir, angka kematian ibu akibat melahirkan pada 2022 sebanyak 73 orang dan 83 orang pada 2023.
“Kami menargetkan pada tahun 2024 ini, angka kematian ibu akibat melahirkan bisa turun signifikan dari tahun-tahun sebelumnya dengan peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan dan kapasitas SDM kesehatan di Kalimantan Timur,” tandasnya. (yf)
Bagikan

Subscribe to Our Channel