Follow kami di google berita

TUJUH EKOR SATWA LIAR DILINDUNGI DILEPASLIARKAN

ANEWS, Kelay – Sebanyak 7 ekor satwa liar dilindungi undang-undang dilepasliarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Berau di Hutan Lindung Sungai Lesan Kecamatan Kelay, Minggu (28/02/2021).
Dalam giat itu, beberapa pihak yang ikut terlibat antara lain, Pusat Rehabilitasi Orangutan Kalimantan Centre for Orangutan Protection (COP), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Berau Barat, Pemerintah Kampung dan masyarakat Lesan Dayak dan Conservation Action Network (CAN) Borneo.
7 ekor satwa liar itu terdiri dari, Kukang kalimantan (Nycticebus menagensis) sebanyak 1 individu, Kucing hutan (Felis bengalensis) sebanyak 1 individu, Rangkong (Buceros bicornis) sebanyak 1 individu, Elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) sebanyak 1 individu dan Elang brontok (Spizaetus cirrhatus) sebanyak 3 individu. Yang semuanya merupakan dari hasil penyerahan masyarakat.
Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Sunandar Trigunajasa mengatakan, peran aktif serta kepedulian masyarakat sangat menentukan upaya kelestarian satwa liar. Upaya pelestarian satwa liar terwujud bila satwa liar dapat hidup dihabitatnya dengan layak, sehingga dapat menjalankan fungsi ekologisnya secara alamiah dan bukan dipelihara di dalam kandang maupun kurungan.
“Melalui upaya pelepasliaran ini diharapkan kelestarian satwa liar terjaga dari kepunahan dan terbangunnya rasa kepedulian masyarakat terhadap kelestarian satwa liar di habitatnya,“ ucapnya disela-sela kegiatan.
“Dilokasi ini juga sebelumnya kita juga sudah melakukan pelepasliaran Orangutan sebanyak empat ekor, dengan jumlah orangutan sebanyak enam ekor,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala BKSDA SKW I Berau Dheny Mardiono menyebut, untuk pelepasliaran satwa liar tidak sembarangan, pasalnya dari segi tempat harus memadai untuk kebutuhan makanan dan habitat untuk hidupnya. Sedangkan, dari kondisi fisik satwa juga perlu sehat.
“Tentunya di lokasi tersebut cocok dengan satwa yang akan kita lepaskan, pertama terdapat sumber pakan, jauh dari jangkauan masyarakat sehingga tidak ada perburuan di lokasi tersebut, itu yang paling utama,” kata Dheny.
“Sedangkan dari hewannya, kalau dari penilaian kami satwa-satwa tersebut harus mampu memakan pakan yang kita berikan secara alami, sudah mampu beradaptasi dan sifat liarnya sudah harus ada,” ujarnya.(Mik)
Bagikan

Subscribe to Our Channel