Follow kami di google berita

Lima Kampung di Berau Bersatu Pulihkan Mangrove, Harapan Baru untuk Masa Depan Pesisir

Lima Kampung di Berau Bersatu Pulihkan Mangrove, Harapan Baru untuk Masa Depan Pesisir
Lima Kampung di Berau Bersatu Pulihkan Mangrove, Harapan Baru untuk Masa Depan Pesisir

A-news.id, Tanjung Redeb — Salah satu kabupaten dengan kawasan mangrove terluas adalah Kabupaten Berau, yaitu sekitar 80 ribu hektare. Namun, kawasan ini terus menghadapi tekanan akibat pembukaan tambak, pembalakan ilegal, pariwisata tidak berkelanjutan, pembangunan infrastruktur, dan sebagainya.

Guna mengatasi situasi tersebut, diperlukan keterlibatan para pihak, dalam menjaga dan melindungi kawasan mangrove di Kabupaten Berau, agar tetap bertahan pada kondisi yang baik. Salah satunya yakni masyarakat itu sendiri.

Saat ini, ada lima kelompok pengelola mangrove di lima kampung berbeda di Kabupaten Berau, yang menjalankan tugasnya yaitu Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pegat Batumbuk di Kampung Pegat Batumbuk, Tim Pengelola Mangrove (TPM) Teluk Semanting di Kampung Teluk Semanting, Khatulistiwa Kampung di Kampung Suaran, Konservasi Mangrove di Kampung Karangan, dan Tabalar Mangrove Lestari (TML) di Kampung Tabalar Muara.

Kelima kelompok ini didampingi oleh Pemerintah Kabupaten Berau bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Berau, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), yang juga telah menyelenggarakan pelatihan pengelolaan, dan penguatan sistem basis data kawasan mangrove.

Metode Restorasi Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat atau Community Based Ecological Mangrove Rehabilitation (CBEMR). Metode ini memungkinkan masyarakat lokal memimpin restorasi mangrove, dengan pendekatan sistematis dan standar yang terukur.

Pelibatan masyarakat menjadi sangat penting, karena mereka lebih memahami situasi di daerah tersebut. Khususnya untuk masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari ekosistem pesisir ini, bisa menyusun perencanaan aksi terpadu, terhadap pengelolaan kawasan mangrove yang mutakhir, dan mengikuti trend perkembangan.

Bersama pemangku kepentingan lainnya, seperti pemerintah dan dinas terkait, masyarakat dapat menganalisis fenomena atau permasalahan yang terjadi di kawasan mangrove, di sekitar tempat tinggal mereka. Sekaligus mengasah keterampilan mereka untuk melakukan pemantauan dan pendataan mangrove menggunakan beberapa perangkat hingga praktik pendugaan biomassa dan karbon hutan mangrove.

“Masyarakat harus lebih memahami, bagaimana mangrove dapat menjadi aset penting untuk masa depan, baik untuk lingkungan maupun perekonomian. Ini memberikan harapan baru bagi masyarakat pesisir. Kami berharap, sinergi antara masyarakat dan pemerintah, dapat terus terjaga,” kata Ketua Tabalar Mangrove Lestari (TML) Kampung Tabalar Muara, Harjo beberapa waktu lalu. (mel)

Bagikan

Subscribe to Our Channel