ANEWS, Berau -Kepala seksi Destinasi Pariwisata Disbudpar Berau, Risma Rosehan, SE mengaku miris terkait kondisi Hutan Tangap pada saat ini, apalagi Hutan Tangap adalah objek wisata perkotaan yang berada di Kelurahan Teluk Bayur, Rabu, 20/1/2021.
Banyaknya aktivitas penambangan di Kabupaten Berau dan pengelolaan hutan  sebagai objek wisata menjadi salah satu upaya untuk menjaga naturalisasi alam di Bumi Batiwakal.
“Awalnya memang hutan tangap dimanfaatkan sebagai objek wisata dan dikelola oleh Pokdarwis Kalibata Kelurahan Teluk Bayur selaku pengelola hutan wisata tersebut,†kata Risma.
Menurut Risma, untuk melakukan rencana pungutan biaya operasional, dinas kebudayaan dan pariwisata memberhentikan sementara pengelolaan tersebut dikarenakan pungutan itu tidak ada dasar hukumnya dan menunggu proses penerbitan perda retribusi pungutan objek wisata.
Setelah itu tidak lama kemudian dikabarkan ada perambahan di hutan tersebut, kemudian dilakukan rapat di Kantor Camat Teluk Bayur dan terbentuk tim.
Rapat itu kemudian dilanjutkan di kantor bupati namun sampai sekarang tidak ada tindak lanjut lagi, tidak hanya itu dikabarkan awalnya di sekitar hutan wisata tersebut ada aktivitas penambangan batu bara.
Risma selaku kepala seksi destinasi pariwisata mengaku disbudpar kab Berau hanya mempunyai kewenangan dari sisi pemanfaatan hutan kota sebagai objek wisata sebagaimana yang tertuang dalam PP No 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota  (pasal 27) untuk sisi pengawasan terhadap hutan kota itu sendiri seperti pembalakan maupun perambahan ada OPD teknis yang berwenang untuk mengambil tindakan tegas. Aktifitas yg terjadi di Hutan Tangap dikhawatirkan akan mengganggu kenyamanan warga saat berkunjung.
Walaupun kondisi hutan seperti itu, Hutan Tangap masih sangat berpotensi dirawat dan dikelola untuk dijadikan sebagai hutan wisata ditambah lagi dengan tempatnya yang strategis terletak di pertengahan kota, pelestarian hutan itu bisa menambah frame Kabupaten Berau. (Andyalfian)