Follow kami di google berita

Budidaya Ikan Konsumsi di Berau Naik 1,25%

A-News.id, Tanjung Redeb – Dinas Perikanan Berau melalui Kepala Seksi (Kasi) Pengembangan Kawasan Budiono menilai, bahwa terkait dengan budidaya ikan konsumi pasca pandemi mengalami kenaikan dengan persentase rata-rata 1,25%, Sabtu (20/11/2021).

Kenaikan angka budidaya tersebut, buntut dari indeks konsumsi masyarakat Berau per tahun 2021 sudah mencapai 62 kilogram, lebih tinggi dibanding pada tingkat provinsi 55 kilogram dan nasional 50 kilogram.

Tak hanya dari segi nilai konsumsi, Kabupaten Berau juga unggul secara demografis, pasalnya wilayahnya yang berada di dekat pesisir sehingga banyak yang menjadikan ikan merupakan lauk utama serta harga yang relatif lebih murah daripada daerah lain.

“Cukup menguntungkan bagi Berau, secara sumber daya alam, kita memang penghasil ikan untuk penyuplai kabupaten-kabupaten lain di sekitar berau seperti Bontang, Kutim dan Malinau Kalimantan Utara,” ujar Budiono.

“Itu dari Berau semua harganya kisaran Rp 25 ribu sampai Rp 45 ribu per kilogram sementara di Bontang rata-rata Rp 60 sampai Rp 100 ribu,” tambah Budono.

Itu untuk ikan laut, Sebaliknya kalau harga jual ikan air tawar masih cukup mahal karena dipengaruhi oleh harga pakan dan benih dibandingkan dengan Kabupaten lain yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk produksi pakan.

“Infrastruktur terkait dengan agen pakan, kemudian balai benih lebih dekat dengan pusat dia (Samarinda),” katanya.

Indikator lain yang membuat ikan air tawar di Berau menjadi mahal adalah biaya transportasi yang ikut berpengaruh. Diantara jenis ikan air tawar yang disarankan untuk dibudidaya yakni ikan lele, ikan mas dan ikan patin dengan sistem budidaya kolam tanah maupun keramba.

Empat jenis ikan tersebut menjadi sasaran karena selain mudah untuk dibudidaya, keuntungan lainnya adalah bisa diproduksi secara massal serta indeks kelangsungan hidup atau survival rate (SR) nya yang tinggi.

“Sementara kita bersaing dengan harga jual, tidak bisa tinggi. Kalah dengan ikan hasil tangkapan,” ujar Budiono.

“Jadi kalau keramba fokus dengan ikan mas dan nila, kalau kolam tanah ikan mas, nila, patin dan lele, kemudian produktifitasnya tinggi,” tambahnya.

“Karena dia sudah diproduksi massal otomatis SR jadi tinggi. SR nya sekitar 70 sampai 80 persen, survival rate atau kelangsungan hidupnya, jadi kalau kita tebar 1000 ekor, dia hidupya di antara 700-800 ekor, jadi sisanya mungkin mati karena masa pemeliharaan sekali produksi,” tutupnya. (Mik)

Bagikan

Subscribe to Our Channel