Follow kami di google berita

Aktivitas Kapal Live on Board Diindikasi Ganggu Biota Laut, Pramuwisata Berau Sampaikan Komplain ke Pemda

A-News.id, Tanjung Redeb – Aktivitas kapal live on board (LoB) yang saat ini tengah rutin melakukan pelayaran untuk tour ke destinasi wisata yang ada di Kabupaten Berau seperti Kepulauan Derawan, Maratua dan Kakaban rupanya mendapat komplain dari para pramuwisata.

Hal tersebut sebagaimana disampaikan perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Berau, Yudi Rizal kepada Wakil Bupati Berau, Gamalis, Senin (22/8/2022). Dalam pertemuan empat mata antara HPI dan Pemkab tersebut, perwakilan HPI itu menyampaikan keluhan para pramuwisata atau tour guide khususnya guide selam.

Kata Yudi Rizal, keberadaan kapal-kapal LoB diindikasi mengganggu keberadaan sejumlah biota laut di Kepulauan Maratua seperti halnya ikan barakuda dan pari manta. Sehingga spot selam yang mestinya ada penampakan biota laut tersebut, namun kini jarang ditemui akibat terusiknya habitat biota laut tersebut.

“Itu merupakan spot diving favorit di Kabupaten Berau, namun saat ini beberapa kali penyelaman sudah jarang ditemukan. Penyebabnya mungkin ada gangguan dari suara mesin dari kapal LoB itu,” katanya.

Dirinya berharap agar pemerintah daerah Berau bisa secepatnya memanggil pihak serta dinas terkait agar memecahkan persoalan ini. Sebab jika terus dibiarkan maka dapat mengancam kelestarian biota maupun terumbu karang di spot selam andalan tersebut, sebab tak hanya suara mesin, penurunan jangkar saat kapal menambat pun diakui sangat berpotensi mengancam kelestarian bawah laut.

“Harapan kita ke depan agar ada regulasi yang dibuat, bisa berupa peraturan daerah agar lebih jelas pengaturan aktivitas beroperasinya kapal-kapal LoB ini,” tandasnya.

Mendengar keluhan perwakilan HPI. Wakil Bupati Berau, Gamalis mengatakan, keberadaan kapal LoB itu sejatinya membawa dampak positif yakni tersiarnya Kepulauan Derawan di mata mancanegara. Namun ia pun tak menampik jika ada dampak negatif yang ditimbulkan, sebagaimana yang disampaikan oleh para tour guide.

Tak hanya berpotensi merusak keindahan bawah laut, dari segi sosial juga dikatakan Gamalis ada dampak negatif tersendiri. Dimana pihak kapal kebanyakan membawa pramuwisata sendiri dan jarang memperdayakan warga lokal.

“Nah ini jika mereka tidak terlalu banyak memahami terutama di sisi bawah laut Berau terkait struktur dan kondisi perairan kepulauan, mereka (pihak kapal LoB) akan berpotensi membuang jangkar di sembarang tempat,” katanya kepada awak media.

“Terkait polusi bisingnya suara kapal itu bisa mengganggu keberadaan habitat bawah laut di sekitarnya. Khawatir kawanan biota andalan Berau (barakuda, pari manta dan penyu) itu akan berpindah tempat karena merasa terusik, padahal seharusnya itu sudah menjadi titik-titik para penyelam menikmati keindahan dan atraksi biota laut tersebut,” jelasnya.

Lanjut Gamalis, terkait harapan adanya regulasi yang mengatur segala macam aktivitas kapal-kapal LoB misalnya, penggunaan boy (pelampung) kapal dan lain sebagainya itu harus secepatnya dibentuk. Beberapa pihak kata dia, harus gerak cepat menyiapkan itu semua.

“Karena mobilitas wisata ini gerak terus, dalam waktu dekat kita akan gelar rapat lanjutan terkait permasalahan yang disampaikan perwakilan pramuwisata hari ini,” harapnya.

“Kalau kita terlambat menyiapkan regulasi terkait penambatan kapal yang ada di kepulauan itu, kasihan keindahan bawah laut kita, kasihan wisata Berau dan kasihan masyarakat kita semua,” tandasnya. (mik/adv)

Bagikan

Subscribe to Our Channel