Follow kami di google berita

GURU DAN KEPSEK PERLU ASESMEN NASIONAL, PENDAPAT PENGAMAT PENDIDIKAN

Seorang guru mempersiapkan metode pembelajaran jarak jauh di SDN Depok Baru 4, Depok, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Pemerintah Kota Depok menginstruksikan seluruh sekolah untuk meliburkan siswa dari Taman Kanak-kanak, SD, SMP, dan SMA selama 14 hari guna mengatisipasi penyebaran virus corona COVID-19. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc. /ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA FOTO

ANEWS, Berau – Guru dan kepala sekolah seharusnya juga diikutkan dalam Asesmen Nasional agar acuan kebijakan di pendidikan dapat dipetakan secara menyeluruh, demikian pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin berpendapat.

“Seharusnya asesmen itu juga dilakukan ke guru, sesuai mata pelajaran, jenjangnya. Secara nasional dilakukan. Kalau mau lebih bagus lagi kepala sekolah juga diukur. Karena banyak riset mengatakan leadership itu mempengaruhi kualitas pendidikan,” ungkapnya kepada media, Senin (19/10).

Ia menilai masalah pendidikan di Indonesia sesungguhnya berakar pada kualitas guru dan kepala sekolah yang belum mumpuni. Untuk itu, asesmen atau penilaian ini tak bisa hanya dilakukan terhadap siswa.

Diketahui, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menghapus Ujian Nasional (UN) dan menggantikannya dengan Asesmen Nasional yang bakal digelar mulai tahun 2021. Asesmen Nasional diharapkan dapat mengukur capaian pendidikan dengan lebih efektif.

Namun, Totok menemukan ada potensi permasalahan pada Asesmen Nasional ini. Karena dalam pernyataannya, Nadiem menyebut hasil Asesmen Nasional akan diberikan sekolah dan dinas pendidikan untuk mengevaluasi kekurangan dan kekuatan siswa.

“Menurut saya ini tidak cukup, karena setelah asesmen nanti semua diserahkan ke daerah, dinas pendidikan, dan sebagainya. Terus pembinaan guru dan siswa secara nasional seperti apa?” katanya.

Menurutnya, Kemendikbud perlu memetakan tindak lanjut dari kegiatan Asesmen Nasional. Artinya asesmen tidak bisa hanya dilakukan tanpa ada langkah lanjutan untuk memperbaiki pendidikan.

Terlebih, asesmen bakal di tengah pandemi Covid-19 yang diduga membuat berbagai capaian pendidikan terganggu.

Hal ini, kata dia, perlu disesuaikan dalam Asesmen Nasional. Totok menjelaskan banyak riset di dunia yang menemukan siswa banyak kehilangan waktu hingga materi belajar selama pandemi. Dugaan ini harus diukur secara rinci.

“Kalau itu tidak diukur, nanti kita tidak tahu anak-anak ini kehilangannya berapa persen. Yang diketahui hanya pendidikannya rendah, padahal rendah karena pandemi. Jadi nanti rekomendasinya salah. Baseline-nya jadi rendah,” lanjutnya.

Sebelumnya, Nadiem menjelaskan Asesmen Nasional bakal dibagi menjadi tiga macam pengujian. Yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.

AKM bakal menguji capaian belajar kognitif dari siswa, dilihat dari aspek literasi dan numerasi. Survei Karakter mengukur capaian belajar sosial dan emosional siswa. Survei Lingkungan Belajar dilakukan untuk mengevaluasi pendukung pembelajaran di lingkungan sekolah.  (irw/tst/arh)

Bagikan

Subscribe to Our Channel