Follow kami di google berita

Optimalkan Penagihan Piutang, Perumdam Tagih ke Rumah

A-News.id, Tanjung Redeb – Tunggakan pelanggan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Batiwakkal tak hanya berasal dari masyarakat umum. Dari puluhan ribu pelanggan, ada sebanyak 3.668 jika ditotal piutangnya mencapai Rp 11 miliar.

Sehingga, perusahaan pelat merah bidang air bersih harus mengencangkan ikat pinggang untuk mengejar piutang tunggakan medio Oktober 2021 hingga Juni 2022. Tujuh “pasukan” diturunkan menagih secara door to door, atau rumah ke rumah.

Direktur Perumda Air Minum Batiwakkal, Saipul Rahman menuturkan, jika pelanggan tidak membayar kewajiban selama tiga bulan, pihaknya akan melakukan penyegelan. Sanksi tegas itu dilakukan, jika pelanggan tidak mengindahkan surat teguran yang diberikan.

enagihan pun dilakukan secara merata di empat kecamatan, di antaranya Kecamatan Tanjung Redeb, Sambaliung, Gunung Tabur, dan Teluk Bayur.

“Jadi ini sedang berjalan. Kami tidak langsung melakukan penyegelan, tetapi pemberitahuan secara persuasif,“ ungkapnya kepada Disway Berau, Jumat (17/6).

Kendati demikian, pelanggan tidak dituntut melunasi tunggakan secara menyeluruh. Pelanggan diberikan kemudahan untuk melakukan pembayaran secara bertahap, atau dicicil.

Cara itu dianggap Saipul, sangat efektif. Pembengkakan piutang dapat berkurang sedikit demi sedikit tanpa memberatkan pelanggan melaksanakan kewajiban untuk membayar tunggakan rekening air.

“Karena ini sifatnya kewajiban, maka harus ditunaikan,“ imbuhnya.

Petugas tidak hanya datang untuk menagih. Tapi turut mendengarkan keluhan dan masukan dari masyarakat sebagai dasar evaluasi dalam memberikan pelayanan Perumda Batiwakkal.

“Masyarakat juga dipersilahkan menyampaikan keluhannya kepada petugas,“ ujarnya.

Disebutkannya, dari ribuan pelanggan yang menunggak juga berasal dari instansi pemerintah. Tapi masih tetap didominasi masyarakat umum.

Tapi itu bukan menjadi masalah utama. Namun, penetapan tarif juga menjadi masalah yang krusial. Setelah dilakukan audit, pihaknya mendapatkan kerugian Rp 369 per kubik. Akibatnya, kinerja tidak optimal. Seperti pembangunan pipa baru untuk perluasan cakupan pelanggan menjadi tertahan.

“Tarif juga krusial. Untuk penyesuaiannya, saat ini masih kami diskusikan terlebih dahulu,“ imbuhnya. (*)

 

Bagikan

Subscribe to Our Channel