A-News.id, TARAKAN- Pemerintah Pusat melalui Menteri Sosial menjadikan bahan pokok makanan utama, beras sebagai penyumbang angka Garis Kemiskinan Makanan (GKM) di Kalimantan Utara. Sebab beras tak hanya menjadi penyebab GKM di kawasan perkotaan namun juga hingga pedesaan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, Mas’ud Rifai menjelaskan bahwa pada Maret 2024 lalu, sumbangan GKM terhadap Garis Kemiskinan (GK) ialah mencapai angka 73,43 persen sementara angka Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) terhadap GK ialah 26,57 persen.
“Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, karena dibulan Maret 2024 garis kemiskinan kawasan perkotaan sebesar Rp 885.655 sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 799.327,” jelas Mas’ud.
Hal ini lanjut Mas’ud menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan. Sebab itu dirinya menyatakan sebanyak lima komoditi terbesar penyumbang GKM di perkotaan yakni beras, rokok kretek/filter, telur ayam ras, daging ayam ras, dan bandeng.
Sementara lima komoditas terbesar penyumbang garis kemiskinan makanan di perdesaan adalah beras, rokok kretek/filter, daging ayam ras, bandeng dan telur ayam ras. Sehingga penyumbang terbesar di seluruh wilayah perkotaan dan perdesaan ialah komoditi beras dengan kontribusi sebesar 25,09 persen di perkotaan dan 27,85 persen di pedesaan.
Meski begitu, dikatakan Mas’ud bahwa persentase Penduduk Miskin Kaltara tahun 2024 menurun sebanyak 0,14 ribu jiwa atau dalam bentuk persentase menurun 0,13 persen poin dari tahun sebelumnya.
Sebab berdasarkan data yang didapatkan pihaknya pada Maret 2023 hingga Maret 2024, menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Kaltara tercatat 47,83 ribu atau 6.32 persen, sedangkan dibulan Maret 2023 penduduk miskin berjumlah 47,97 ribu atau 6,45. persen.
“Jadi selama Maret 2023 hingga Maret 2024, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 4,45 persen, yaitu dari Rp. 817.876 , per kapita per bulan pada Maret 2023 menjadi Rp. 854.294 per kapita per bulan pada Maret 2024,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Mas’ud bahwa pada periode Maret 2023 hingga Maret 2024, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan, dari 0,639 pada keadaan Maret 2023 menjadi 0,816 pada keadaaan Maret 2024.
Hal yang sama juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengalami kenaikan dari 0,107, menjadi 0,190. Sebab besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Sementara itu merujuk pada komponen garis kemiskinan yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan garis besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan, juga mendapatkan lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan non makanan (GKNM) di perkotaan yakni perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan air sedangkan di perdesaan terdapat perbedaan pola.
“Lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan non-makanan (GKNM) di perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, perlengkapan mandi dan pendidikan,” benernya.
Sementara itu, lanjutnya pada komoditas perumahan merupakan yang paling besar kontribusinya terhadap Garis kemiskinan Non makanan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sumbangan dari komoditas perumahan ini sebesar 36,09 persen di perkotaan dan 39,54 persen di perdesaan. (bro)