Follow kami di google berita

Dinas Pangan Akui Tidak Bisa Prediksi Harga Kacang Kedelai, Tergantung Dari Serapan Pasar

A-News.id, Tanjung Redeb – Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan, Dinas Pangan Berau, Basri mengaku masih tetap melakukan pemantauan terkait harga kacang kedelai yang sempat naik beberapa hari belakangan, Kamis (24/2/2022).

Ia mengungkapkan berdasarkan pengalaman dan kondisi, kenaikan harga khususnya kacang kedelai dipengaruhi berbagai faktor, seperti lambannya penyaluran dari luar daerah melalui kapal diakibatkan gelombang hingga gagal panen di kalangan petani. Sebaliknya, kata dia untuk pemasaran terpantau normal.

“Itu (gelombang dan gagal panen) yang rentan membuat harga naik itu intinya, kalau dari segi pemasaran disini rata-rata saya melihat kedelai itu dari luar karena lebih bagus pengolahan nya,” ujarnya.

Basri membeberkan, harga pangan yang meroket juga tidak lepas dari hukum pasar, dimana permintaan barang meningkat di tengah stok yang terbatas.

Menurut data pihaknya, kenaikan harga kedelai terjadi secara bertahap, dimulai dari harga eceran Rp 10.500 per-kilogram, kemudian minggu pertama bulan Februari naik kembali seharga Rp 11.900, minggu kedua sampai 15 Februari di harga Rp 12.400. harga tersebut pun dikatakannya tidak dapat diprediksi turun-naiknya.

“Kalau segi harga saya tidak bisa memprediksi, karena tergantung dari pasarnya kalau misalnya serapannya bagus ya tentu dikatakan normal, sebaliknya kalau serapan pasarnya kurang bagus kemungkinan mahal, disinikan (Berau) barangnya dari luar semua,” tutur Basri.

“Imbasnya jelas produk olahan kedelai itu tidak maksimal di tingkat masyarakat, tentu pedagang akan mengurangi produksi atau paling tidak sudah menurun produksinya,” tandasnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, dampak kenaikan harga kacang kedelai membuat pedagang pasar tradisional Sanggam Adji Dilayas di Kabupaten Berau mengurangi kemasan penjualan, cara itu untuk mengsiasati kerugian.

Pedagang tahu dan tempe di pasar Sanggam Adji Dilayas.Teluk Bayur, Kabupaten Berau mengaku sejak awal tahun 2022 sudah merasakan perbedaan ukuran tahu dan tempe yang dijual. Pedagang meyakini pengurangan ukuran itu merupakan strategi produsen tahu dan tempe untuk menghindari kerugian akibat kenaikan bahan dasar yakni kacang kedelai. (MIK)

Bagikan

Subscribe to Our Channel