Follow kami di google berita

Terungkap, Perolehan Medali Esports di Porprov Kaltim Hasil Setingan, Atlet Diintimidasi dan Hendak Dipermalukan

A-News.id, Tanjung Redeb – Persoalan di tubuh Cabang Olahraga (Cabor) eSports Indonesia (Esi) terus mencuat.

Tidak hanya persoalan bonus atlet dan pelatih yang dipotong, perolehan medali pada ajang Porprov VII Kaltim 2022 lalu itu juga diketahui hanya merupakan hasil setingan.

Atas dasar itu, atlet peraih “medali siluman” itu diminta 30 persen dari bonus yang sudah dicairkan dengan alibi dibagikan kepada atlet yang tidak meraih medali.

Alhasil, berbagai kekerasan verbal dan ancaman dilontarkan pengurus agar potongan 30 persen dari bonus atlet yang sudah dicairkan itu dapat dibagikan. Hal ini tentu membuat atlet merasa diintimidasi. Bahkan, merasa dipermalukan oleh oknum pengurus dan sesama atlet Esports.

Salah seorang atlet Esi peraih emas divisi Mobile Legend (ML), Evelin, menegaskan sesuai informasi yang diterimanya dari pengurus, medali emas yang diterimanya hanya merupakan titipan atau merupakan medali siluman. Jika potongan 30 persen itu tidak diserahkan maka dirinya akan dipermalukan.

“Kata pengurus saya tidak tau terima kasih karena telah dititipkan nama. Kami dianggap penerima ‘medali hantu’. Padahal nama saya sebagai peraih medali itu mereka yang masukan. Bukan dari permintaan kami. Jika saya tidak mau bayar, mereka mengancam untuk membuka nama-nama yang dapat mendali titipan itu ke publik,” jelasnya.

Disampaikannya, potongan 30 persen itu oleh Ketua Esi Berau diberikan secara sukarela. Namun, ironisnya hal itu sangat berbeda dengan kenyataan. Para pengurus terlihat memeras dirinya dan terus berupaya agar uang itu dikembalikan.

“Akhirnya saya transfer karena risih mereka nyerang saya secara personal dan juga orang terdekat saya. Apalagi saya merasa diancam dan dibuat malu, dibilang najis, dibilang tidak tahu diri, dibilang bodoh, dan kata binatang,” bebernya.

Tak hanya pengurus, atlet lain dari Cabor tersebut juga ikut terlibat dalam menyerangnya secara verbal. Evelin menduga atlet itu merupakan orang suruhan pengurus Cabor Esi untuk mengintimidasi dirinya. Atas perlakuan itu Evelin merasa diperlakukan secara tidak adil.

“Atlet juga ikut intimidasi saya. Dan sebenarnya yang paling parah itu cara mereka nagih saya lewat atletnya. Soal tagih menagih itu harusnya tanggung jawab pengurus. Mereka yang harusnya mengejar atlet untuk bayar bukan mereka menyuruh atlet untuk menagih kami,” imbuhnya.

Ketua Esi Berau, Akbar Patompo secara gamblang menegaskan bahwa perolehan medali yang diraih para atlet itu sebenarnya tanpa perjuangan para atlet. Sebaliknya merupakan buah perjuangan dan setingan para pengurus.

Karena itu, masalah tersebut tidak perlu dibesar-besarkan oleh para atlet yang menerima secara instan bonus tersebut. Jika intimidasi itu muncul, hal itu juga dilakukan karena atlet yang terlebih dahulu melawan pengurus.

“Karena memang mudah dong mereka (atlet, red) dapat uang. Kan mereka nda ngapa-ngapain. Perjuangan itu kan di kami (pengurus, red). Emasnya itu kan kita yang ngatur. Udahlah. Olahraga ini kan diatur. Kemudian pengurus juga tidak mungkin melakukan intimidasi jika merasa diganggu duluan,” ungkapnya.

Untuk potongan dari atlet sejumlah 30 persen itu, lanjut Akbar, bukan untuk pengurus. Potongan itu untuk semua pelatih, official, dan atlet lainnya. Potongan itu pun bukan dalam konteks paksaan. Melainkan dalam bentuk sukarela.

“Uang itu juga bukan untuk saya. Untuk semua. Ini semua kerja. Itu untuk teman-teman. Karena kita ini banyak. Karena semua nomor tanding yang kita usulkan itu masuk. Lolos. Nah kemarin kita undang. Kalau ada yang ikhlas, beri. Kalau tidak, jangan,” tutupnya. (wd/to)

Bagikan

Subscribe to Our Channel