Follow kami di google berita

SIAPA CUKONG YANG MENIKMATI TURUNNYA BIAYA ANGKUT BARANG SELAMA INI?

ANEWS, Berau – Permasalahan seputar isu yang berkembang terkait akan masuknya Perusahaan Container “Meratus Line” ke Berau rupanya sudah mengundang banyak komentar dan pembicaraan di tengah masyarakat Berau melalui medsos maupun di warung kopi, khususnya di Tanjung Redeb, bahkan di kalangan pelaku usaha pelayaran dan pengamat kebijakan yang sudah tersebar di media lokal Berau.

Salah satunya Direktur Eksekutif LSM BENAK, Rabu, 10/2/2021 Aji Alfian yang mempertanyakan kapasitas seorang Hasanul di dalam pemberitaan media tersebut.

“Dia sebagai apa kapasitasnya berbicara itu, sebagai pelaku usaha pelayarankah, sebagai bagian dari kadin-kah, atau sebagai pihak koperasi FKBM-kah atau sebagai bagian dari Meratus Line-kah,” tanya Alfian.

Menurut Alfian tidak pada kapasitasnya Dia seolah menilai seorang Kepala KUPP Tanjung Redeb tidak netral sebagai regulator atau sebagai wasit, dan jangan jadi pemain katanya, meskipun berupa ungkapan yang dilontarkan dalam bentuk pertanyaan, di dalam pemberitaan tersebut.

Lebih lanjut kata Alfian, dengan masuknya beberapa lagi operator container pun ke Berau ditengarai tidak akan berdampak turunnya harga barang di tingkat konsumen. Sebab dari pengalaman masuknya Temas Line ke Berau sekitar 2017 lalu, biaya angkutan container diturunkan dari sekitar Rp. 18 juta-an per 1 box container menjadi sekitar Rp. 12 juta-an per 1 box container, artinya ada sekitar Rp. 6 juta-an, disparitas (selisih) biaya angkutan per 1 box containernya.

Tetapi, saat itu sampai dengan saat ini tidak ada penurunan harga barang-barang baik sembako, dan semen misalnya, tidak ada penurunan harga di tingkat konsumen. Jadi yang mendapatkan manfaat dari disparitas (selisih) biaya angkutan container itu diduga hanya dinikmati para distributor barang saja, dan menurut Alfian diduga ada sekitar 5 – 6 cukong (distributor) yang menikmatinya, bukan warga masyarakat Berau sebagai konsumen.

Alfian, Direktur Eksekutif LSM BENAK

Alfian memberikan contoh untuk komoditi “gula” dalam hitungan biaya angkut door to door, dimana dalam 1 container mengangkut 480 karung/50 kg. Biaya angkut container-nya Rp. 18 juta/container. Bila dibagi biaya angkut vs jumlah karung gula dalam 1 container (480 karung), = Rp. 37.500/karung 50 kg itu. Maka biaya angkut 1 karung Gula 50 kg adalah Rp 37.500,-

Dan setelah masuk Temas Line, perhitungan menjadi berbeda karena biaya angkutan barang per 1 container diturunkan oleh Temas Line maupun Spil dari Rp 18 juta-an diturunkan menjadi sekitar Rp.12.5 juta-an per 1 box container.

Artinya dengan kata Alfian, biaya angkut per 1 box container itu turun dari Rp. 18 juta ke Rp. 12.5 juta = Rp. 5.5 juta-an.

Biaya Angkut Komoditi Gula

Sebelum ada Temas:

Biaya angkut Rp 18 juta per 1 container (480) karung.

Maka biaya angkut gula per karung sekitar Rp.37.500,-

Setelah ada Temas:

Biaya angkut turun menjadi Rp. 12,5 juta per 1 container (480) karung

Maka biaya angkut gula per karung sekitar Rp, 26.042,-

Jadi ada disparitas (selisih) biaya angkut sebesar sekitar Rp. 37.500 – Rp 26.042 = Rp. 11.458 per 1 karung gula 50 kg.

Begitu juga dengan Komoditi Beras isi 25 kg per karung:

Biaya Angkut Komoditi Beras

Sebelum ada Temas:

Biaya angkut Rp 18 juta per 1 container (50 karung).

Maka biaya angkut beras per 50 karung sekitar Rp.14.400,-

Setelah ada Temas:

Biaya angkut turun menjadi Rp. 12,5 juta per 1 container (50 karung)

Maka biaya angkut beras per 50 karung sekitar Rp. 10.000,-

Jadi ada disparitas (selisih) biaya angkut sebesar sekitar Rp. 14.400 – Rp 10.000 = Rp. 4.400 per 50 karung 25 kg.

Namun sayangnya, selisih penurunan harga ini sama sekali tidak dinikmati para konsumen, tetapi hanya sampai di tingkat distributor, yang perlu dipertanyakan kenapa tidak menurunkan harga jual produknya ke pengecer atau pedagang, yang akhirnya juga dinikmati konsumen.

Seyogianya pemerintah atau dinas terkait turun mengecek ke lapangan, apakah penurunan biaya angkut ini juga dinikmati konsumen atau sebatas distributor saja yang menikmatinya. (nov/jul)

Bagikan

Subscribe to Our Channel