Follow kami di google berita

Ratusan Warga Iringi “Perjalanan Terakhir” Sang Sultan

A-News.id, Gunung Tabur — HUJAN yang mengguyur Bumi Batiwakkal Rabu (29/5/2024) sore, seolah menjadi tanda bahwa kedukaan sedang meliputi masyarakat Berau. Sejak berita kepergian Sultan Gunung Tabur, Sultan Aji Raden Mohammad Bachrul Hadie diumumkan, duka mendalam dirasakan tak hanya bagi keluarga namun juga masyarakat.

Dikenal sebagai sosok yang humble dan penuh semangat, kepergian salah satu sosok inspiratif itu, disambut isak tangis dibawah guyuran hujan pihak keluarga dan kerabat, saat penjemputan jenazah di Bandara Kalimarau pada 17.30 Wita.

Sesampainya di rumah duka, rumah pribadi Sultan Gunung Tabur, ratusan warga datang untuk bertakziah hingga memadati kediaman Sultan tersebut. Persiapan tempat bersemayam jenazah sebelum dimakamkan keesokan harinya di Komplek Pemakaman Keluarga Kesultanan Gunung Tabur di Jalan Kuran, RT 4, juga sudah ditata sejak sebelum kedatangan jenazah.

Nuansa warna kuning terlihat jelas sejak menginjakkan kaki di pintu masuk kediaman. Ratusan papan bunga sebagai ucapan belasungkawa baik dari pejabat, perusahaan hingga perorangan, ditata berjejer di sepanjang jalan masuk dan samping rumah.

Prosesi pemakaman yang dilakukan Kamis (30/5/2024) pagi juga dihadiri ratusan warga. Tak hanya dari Gunung Tabur, warga dari 3 kecamatan terdekat yakni Sambaliung, Tanjung Redeb dan Teluk Bayur juga ikut hadir mengantarkan sang Sultan hingga ke peristirahatan terakhirnya.

Sebelum dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (29/5/2024) sekitar pukul 07.49 Wita, Sultan Aji Raden Mohammad Bachrul Hadie sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Syahranie (AWS) Samarinda selama 15 hari. Bahkan, mendiang juga sempat menghadiri musrenbang tingkat Provinsi Kaltim.

Bupati Berau Sri Juniarsih yang hadir dalam prosesi pemakaman ikut merasakan kedukaan. Kepergian sosok “orangtua” bagi Bupati perempuan pertama di Berau ini, diharapkan tak menyurutkan semangat masyarakat khususnya generasi muda, untuk terus mempertahankan sejarah di Kabupaten Berau.

“Kepribadian yang ramah dan mudah bersosialisasi, bisa menjadi teladan bagi kita. Dan semangatnya menjaga dan mempertahankan nilai sejarah secara turun temurun, seharusnya menjadi motivasi bagi penerus almarhum dan generasi muda,” ucap Sri Juniarsih.

Dihantarkan dengan Prosesi Pemakaman Adat Kesultanan

Sejak Kamis pagi, berbagai persiapan dilakukan untuk proses pemakaman Sultan Aji Raden Mohammad Bachrul Hadie. Warga dan kerabat Kesultanan Gunung Tabur bergotong royong membuat Ringgungan dari kayu berlapis kain kuning atau tempat yang digunakan untuk membawa almarhum ke pemakaman.

Prosesi adat ini sudah menjadi tradisi turun temurun sejak zaman kerajaan terdahulu. Proses pengiringan jenazah hingga ke pemakaman dilakukan setelah jenazah dimandikan dan disalatkan.

Jenazah dinaikkan ke Ringgungan, diangkat oleh beberapa orang dan didampingi empat orang yang menggunakan pakaian hitam yang menjadi simbol berduka cita. Sedangkan mereka yang mengenakan baju berwarna kuning, yang menjadi warna khas Berau, adalah kerabat terdekat almarhum.

Sementara untuk prosesi pemandian jenazah, air langsung diambil dari Sungai Segah, sebagai simbol penyucian almarhum. Pengambilan air juga menggunakan kendi khusus Kesultanan Gunung Tabur, yang ditutupi kain kuning. Uniknya, kendi yang digunakan hanya satu dan diberikan secara estafet dari satu warga ke yang lain. Tujuannya, untuk mempererat tali silaturahmi meskipun ditinggalkan seseorang. (yf/adv)

Bagikan

Subscribe to Our Channel