A-News.id, Teluk Bayur – Kabupaten Berau di Kalimantan Timur kembali menempati peringkat pertama sebagai kota paling panas di Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu udara di Berau mencapai rekor tertinggi pada awal bulan ini, Jumat (1/9/2023).
Kepala BMKG Berau, Ade Heriyadi, menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, posisi matahari yang berada tepat di atas ekuator mempengaruhi intensitas sinar matahari yang diterima oleh Berau. Pada saat ini, beberapa daerah sudah masuk periode musim kemarau.
Selain itu, tutupan awan yang minim juga berkontribusi pada peningkatan suhu udara di Berau. Pada musim kemarau, awan yang biasanya dapat memberikan perlindungan dari sinar matahari langsung cenderung berkurang. Hal ini menyebabkan suhu udara di Berau menjadi lebih tinggi daripada biasanya.
“Kondisi cuaca saat ini di Berau sangat dipengaruhi oleh posisi matahari di ekuator dan minimnya tutupan awan. Hal ini menyebabkan suhu udara di daerah ini menjadi sangat tinggi,” kata Ade Heriyadi.
Rekor suhu tertinggi di Berau tercatat pada hari Jumat, 1 September 2023, dengan suhu mencapai 36,2 derajat Celsius. Suhu yang sangat tinggi ini tidak hanya berdampak pada kenyamanan warga Berau, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan mereka.
Ade Heriyadi menjelaskan bahwa suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, kelelahan, dan bahkan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang berkaitan dengan panas seperti heatstroke. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat Berau untuk tetap menjaga hidrasi yang baik dengan banyak minum air putih dan menghindari paparan sinar matahari secara langsung pada siang hari.
Untuk mengatasi dampak panas yang tinggi, Ade Heriyadi juga menyarankan agar masyarakat Berau menggunakan pakaian yang nyaman dan melindungi kulit dari sinar matahari dengan menggunakan krim tabir surya. Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi risiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat semakin memperburuk kondisi udara di Berau.
Meskipun suhu udara yang tinggi di Berau merupakan fenomena alam yang biasanya terjadi selama musim kemarau, peningkatan suhu yang signifikan perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat setempat.
“Upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim serta peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan harus terus dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh suhu udara yang ekstrem,” tandasnya.
Sementara itu, diberitakan sebelumnya, Kabupaten Berau hingga saat ini kerap terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Hari ini terhitung beberapa titik mengalami kebakaran, khususnya wilayah Kecamatan Teluk Bayur dan daerah Kampung Kasai.
Sepanjang bulan Agustus 2023, Kabupaten Berau mengalami kebakaran hutan dan lahan (Karthutla) dengan luas lahan lebih dari 60 hektar.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau Nofian Hidayat mengatakan, sejauh ini tim yang tergabung dari BPBD, TNI-POLRI, KPHP, Manggala Agni, PMI, Berau Coal dan MPA telah memadamkan kurang lebih 60 hektar lahan yang terbakar.
Nofian mempekirakan, kebakaran ini terjadi 90 persen dilakukan oleh manusia dan selebihnya dari alam. Kurangnya sosialisasi pencegahan juga menjadi salah satu faktor kebakaran hutan dan lahan.
“Sosialiasi yang dimaksud yaitu seperti pembukaan lahan yang ramah lingkungan dengan cara tidak dibakar, 90 persen ulah manusia di sengaja atau tidak disengaja,” katanya.
Kebakaran hutan dan lahan ini juga berdampak pada pencemaran udara, rusaknya ekosistem dan menyebabkan musnahnya flora dan fauna hingga menjadi ancaman kesehatan manusia.
“Termasuk polusi udara yang mengancam kesehatan manusia,” bebernya.
Peristiwa karhutla ini seringkali terjadi pada waktu yang tidak pasti, terkadang malam atau siang hari. Untuk pemadaman sendiri, tim membutuhkan tenaga yang lebih ekstra mengingat keterbatasan personil.
“Kami juga keterbatasan personil, soalnya pemadaman sering kita lakukan dari sore hingga malam hari dan memastikan api benar-benar padam sehingga tidak menjalar ke lain,” tuturnya.
Untuk pencegahan, masing-masing tim bersiaga di posko karhutla di masing-masing kecamatan. Selain itu, adapun beberapa hambatan yang dialami para personel saat pemadaman seperti akses kendaraan roda dua dan roda empat yang sulit serta keterbatasan personel.
“Kita monitoring 24 jam dan siap siaga di posko masing-masing kecamatan,” pungkasnya. (Yf)