Follow kami di google berita

7 FAKTA PENTING MANGROVE BAGI EKOSISTEM LINGKUNGAN HIDUP

ANEWS, Berau – Mangrove, atau Bakau, sering terdengar dalam bahasa keseharian kita. Mulai dari fungsinya sebagai pencegah abrasi pantai hingga Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman jenis mangrove yang tinggi di dunia, tak jarang terngiang di telinga.

Begitu pentingnya fungsi dan peranan mangrove dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup sampai Presiden menetapkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove (SPEM) sebagai pedoman dan acuan dalam melestarikan ekosistem mangrove di Indonesia.  Dan ada sanksi berat dan pidana bagi yang terang-terangan merusak ekosistem mangrove tersebut.

Berikut, 7 fakta menarik seputar mangrove yang telah dirangkum Mongabay Indonesia, dari berbagai sumber, guna memperingati Hari Mangrove Sedunia yang dirayakan setiap 26 Juli.

Mangrove dengan perakarannya yang melindungi area pesisir pantai. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia
  1. Asal kata Mangrove

Sebagaimana ditulis dalam Buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia terbitan Wetlands International-Indonesia Programme, asal kata mangrove memang tidak diketahui secara baku.

Macnae (1968) menyebutkan, kata mangrove perpaduan antara Bahasa Portugis mangue dan Bahasa Inggris. Sementara menurut Mastaller (1997), kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan marga Avicennia dan digunakan hingga sekarang di Indonesia bagian timur.

Meski beberapa ahli mendefinisikan mangrove dengan berbagai versi, namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut dan juga sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai tropis dan subtropis yang terlindung (Saenger, dkk, 1983).

Sementara Soerianegara (1987), mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, serta terdiri berbagai jenis pohon Aicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.

Satwa juga memanfaatkan hutan mangrove sebagai habitat hidupnya. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

Hal terpenting menurut Wightman (1989) yang lebih penting untuk diketahui pada saat bekerja dengan komunitas mangrove adalah menentukan mana yang termasuk dan mana yang tidak termasuk mangrove. Dia menyarankan seluruh tumbuhan vaskular yang terdapat di daerah yang dipengaruhi pasang surut termasuk mangrove.

Isitilah mangrove secara umum digunakan juga untuk menunjuk habitat. Dalam beberapa hal, mangrove digunakan untuk merujuk jenis tumbuhan, termasuk jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di pinggiran mangrove seperti formasi Barringtonia dan Pes-caprae.

  1. Mangrove tumbuh di 124 negara

Mangrove tumbuh di 124 negara tropik dan subtropik dengan luasan di dunia sekitar 15,2 juta hektare. Indonesia bersama empat negara lainnya (Australia, Brasil, Nigeria, dan Mexico) mewakili 48% dari luasan hutan mangrove dunia. Luasan mangrove di Brasil diperkirakan 1,3 juta ha, Nigeria (1,1 juta ha), dan Australia (0,97 juta ha), berdasarkan penelitian Spalding, dkk, tahun 1997.

  1. Indonesia pemilik 25 persen luasan mangrove dunia

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, pada Konferensi Internasional Ekosistem Mangrove Berkelanjutan, di Bali, 18 April 2017, dalam sambutannya menuturkan, berdasarkan data One Map Mangrove, luas ekosistem mangrove Indonesia 3,5 juta hektare yang terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Ekosistem mangrove tersebut berada di 257 kabupaten/kota yang sebagian besar ekosistemnya telah mengalami kerusakan.

Kerusakan tersebut disebabkan konversi lahan menjadi area penggunaan lain, perambahan, hama dan penyakit, pencemaran dan perluasan tambak, serta praktik budidaya yang tidak berkelanjutan.

Vegetasi mangrove yang melindungi abrasi pantai juga dapat dimanfaatkan buahnya. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia
  1. Indonesia kaya jenis mangrove

Indonesia memiliki sekitar 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis pemanjat, 5 jenis palma, dan 1 jenis paku.

Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove). Sementara jenis lain, ditemukan di sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate asociate).

Di seluruh dunia, berdasarkan penelitian Saenger, dkk (1983) ada sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Dengan keterangan itu, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis mangrove yang tinggi, berdasarkan Buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.

  1. Berus mata buaya, mangrove langka yang tumbuh di Indonesia

Tumuk putih atau berus mata buaya (Bruguiera hainesii) merupakan mangrove yang sebelumnya hanya diketahui tumbuh di tiga negara. Jumlahnya hanya 203 pohon, yaitu di Singapura terdapat 3 pohon, di Malaysia tumbuh 80 pohon, dan di Papua Nugini sekitar 120 pohon.

Sebagaimana keterangan dari Sahabat Masyarakat Pantai (Sampan) Kalimantan yang meneliti jenis ini, awal 2017, berus mata buaya ditemukan di Teluk Pari Tanjung Terong, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Spesies ini hidup pada substrat lumpur berpasir.

Berus mata buaya, mangrove langka yang hidup di wilayah pesisir Padang Tikar, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Foto: Sampan Kalimantan
  1. Mangrove penyerap karbon luar biasa

Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), Daniel Murdiyarso, dalam risetnya (Murdiyarso et al., 2015), menjelaskan bila hutan mangrove Indonesia menyimpan lima kali karbon lebih banyak per hektare, dibanding hutan tropis dataran tinggi.

Mangrove Indonesia juga menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon (PgC). Sedangkan bagian bawah ekosistem menyimpan karbon sebesar: 78% karbon dalam tanah, 20% karbon di pohon hidup, akar atau biomassa, dan 2% di pohon mati atau tumbang.

Berdasarkan informasi dari CIFOR, mengenai Mangrove Indonesia: Berkas fakta: Kekayaan nasional dalam ancaman, disebutkan sekitar 3 juta hektare hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 kilometer di pesisir Indonesia.

  1. Buah mangrove dapat diolah

Tulisan Dyah Ilminingtyas W.H, Dosen Teknologi Pangan UNTAG, Semarang, mengenai Potensi Buah Mangrove Sebagai Alternatif Sumber Pangan di Mangrove Magz.com, menunjukkan bila mangrove dapat diolah.

Buah mangrove jenis lindur (Bruguiera gymnorrhiza) yang secara tradisional diolah menjadi kue, dicampur nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007) ternyata mengandung energi dan karbohidrat cukup tinggi.

Mangrove juga memiliki kekayaan hayati yang tinggi, termasuk ikan glodok ini. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

Penelitian yang telah dilakukan Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Badan Bimas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur (Fortuna, 2005) menunjukkan, kandungan energi jenis ini 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras (360 kalori per 100 gram), atau jagung (307 kalori per 100 gram). Sedangkan kandungan karbohidratnya sebesar 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras (78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram).

Bruguiera gymnorrhiza memiliki nama lokal lindur (Jawa dan Bali), kajang-kajang (Sulawesi), aibon (Biak), dan mangi-mangi (Papua). Jenis ini akan berbuah sepanjang tahun dengan ketinggian pohon hingga 35 meter. (nov/rahmadi/mongabay)

Bagikan

Subscribe to Our Channel