Follow kami di google berita

Kaltara Kini Memiliki Fasilitas Pengolahan Limbah B3 Medis

A-News.id, Tanjung Selor – Fasilitas pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis yang berlokasi di desa Tengkapak, Kabupaten Bulungan, Kaltara mulai beroperasi.

Mesin ini berfungsi sebagai tempat pengolahan sisa dari pengunaan alat medis, yang kemudian hasil akhirnya menjadi sampah yang tidak dapat diolah dengan pemadatan, pengomposan dan daur ulang (Residu).

Ditempat tersebut, orang nomor satu di Kaltara itu mengakui, keberadaan fasilitas pengelolaan limbah diyakini mampu menyumbang peningkatan pendapatan daerah (PAD) di bumi benuanta.

“Sebab, dalam 1 hari beroperasi, kapasitas yang dimiliki oleh mesin pengolahan limbah tersebut bisa mencapai 2 ton,” ujar Zainal.

Apalagi potensi limbah rumah sakit di Kaltara per harinya mencapai 20 ton, sehingga keberadaan fasilitas tersebut sangat dibutuhkan dan menambah PAD.

“Saya yakin daerah lain seperti Berau dan Samarinda limbah medisnya akan kesini (Kaltara),” harapnya.

Kemudian, pembakaran limbah B3 dari rumah sakit hingga puskesmas itu diharapkan dilakukan dua shif dalam setiap harinya.

“Kita harap jam operasi tempat pengolahan limba B3 ini dua Shif siang dan malam, jika sudah banyak limbah yang kita terima dari RS maupun puskesmas yang ada di Kaltara,” ujarnya.

Zainal juga menjamin, fasilitas pengolahan limbah yang sudah mulai beroperasi terus berjalan. “Nantinya kita memberikan surat edaran kerumah sakit dikaltara, supaya pembakaran limbah tidak keluar daerah. Melainkan ditempat ini saja sebab makin banyak kita bakar limbah ditempat ini, maka akan meningkatkan PAD kita,” tukasnya.

Sementara itu, Direktur Operasional Benuanta Kaltara Jaya, BOP Prabowo yang juga Selaku pengelola Fasilitas limbah B3 milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menyampaikan, besar potensi nilai ekonomis dari industri limbah yang mulai beroperasi.

“Industri limbah seperti ini, semakin banyak kuantiti semakin bagus karena harga bakar hanya Rp 15 ribu per kilogram. Kita harapkan ini terus berjalan apalagi ada regulasi ataupun aturan Pemerintah yang mensuporting kita,”pintanya.

”Jika masih seperti sekarang limbah medis masih keluar tentu akan sulit, apalagi saat ini baru ada beberapa diantaranya RS Pertamina dan beberapa puskesmas lainya,” bebernya.

Dengan harga Rp 15.000 satu kilogram, Bob akui masih kompetitif dibanding harus keluar daerah dengan kos transport yang lebih mahal.

“Di tahun ini target perhitungan kita paling tidak kita harus kelola 30-40 ton perbulan. Namun, saat ini sudah 3 minggu buka ini baru 2 ton limbah yang masuk itu jauh dari target yang masuk,” ujarnya.

Meskipun masih jauh dari target, dalam pelaksanaan pengoperasian tempat pembakaran limbah telah dipikirkan dampak lingkungan.

“Untuk dampak lingkungan ini sudah aman karena dalam pengolahan sudah disaring dan asap yang keluar dari cerobong sudah tidak ada dan sudah bersih,” tutupnya. (Lia)

Bagikan

Subscribe to Our Channel