Follow kami di google berita

Dari Kicau Burung dan Kisah Cinta, Tony Sentil “Easy Money” dan Kebijakan Daerah

“Kita memelihara burung untuk perlombaan itu seperti kita memelihara anak. Tidak ternilai harganya. Apalagi burung itu sudah pernah jadi jawara.”

A-News.id, Tanjung Redeb – Tony Suprayugo atau akrab disapa Tony adalah putra sulung dari pasangan almarhum Bapak Kompol Sugiyono dan Ibunda Serlita. Kecintaannya pada kicau burung menjadi “something” yang unik dan langka. Sebab, tak semua orang menyukai itu.

Lahir dan menetap di Berau, suami dari sang istri bernama Isnawati tersebut sudah mencintai burung sejak dini. Namun, hobi dalam dunia “perburungan” itu, sebenarnya diturunkan dari hobi dan kecintaan almarhum sang ayah tercinta.

Meski berpangkat Kompol lulusan Sekolah Polisi Negara (SPN) Indonesia Polda Kaltim, ayah Tony sudah telanjur jatuh hati dengan indahnya berisik satwa yang satu itu. Alhasil, hobi itu diwariskan juga pada Tony. Lebih dari itu, karena Tony juga menyukainya.

“Kita memelihara burung untuk perlombaan itu seperti kita memelihara anak. Tidak ternilai harganya. Apalagi burung itu sudah pernah jadi jawara,” ungkapnya.

Mencintai burung seperti mencintai anak, tentu tak terlepas dari watak Tony yang cenderung “kangenan.” Diakuinya, kecintaannya pada burung seperti ia mencintai pujaannya dari Kendari itu dan anak semata wayangnya. Ia tak bisa jauh dari burung, seperti ia tak bisa jauh dari istrinya, “the one and only.”

Karena itu, sejak 2011 silam, Tony mulai menggeluti dunia yang tak biasa itu. Tak ayal, banyak perlombaan sudah digelarnya. Begitupula juara dan penghargaan tak sedikit diraihnya. Bahkan, dirinya termasuk penggagas dan penyelenggara perlombaan Kicau Burung Bupati Cup dan Piala Dandim Berau 2023.

Dalam perjalanan waktu, hobinya itu tak hanya sekadar hobi biasa. Hobi itu dimanfaatkan dan ditekuninya sebagai ladang bisnis berorientasi profit (profit oriented). Tapi tak hanya itu. Ada nilai sosial yang juga ingin diperolehnya.

“Menurut saya, hobi kicau burung juga bermanfaat untuk silaturahmi dan membangun jaringan relasi. Karena hobi burung itu bisa mendatangkan orang-orang dari luar ke daerah kita,” kenanganya.

Sebagai ladang bisnis dan peluang investasi, kicau burung baginya telah turut meningkatkan ekonomi masyarakat. Banyak anak muda yang memiliki hobi yang sama, memanfaatkan kicau burung itu sebagai peluang bisnis.

Kreativitas bisnis itu dapat dilihat mulai dari bisnis pakan burung, jersey, sangkar burung, gantangan, hingga beternak burung. Peluang ini tentu membawa keuntungan yang cukup besar. Apalagi anak-anak burung yang dijual hingga keluar Berau, dipatok dengan harga tinggi.

“Jadi, jangan salah karena banyak anak muda yang sudah menjalankan bisnis di dunia pakan. Mereka juga beternak. Lalu ada lagi sangkar. Sangkar itu kalau nilai jual dari Jawa ke sini mahal. Tapi sudah ada yang pengrajin sangkar di sini. Lalu Jersey dan gantangan,” celetuknya.

Tak hanya ladang bisnis dan peluang investasi, kicau burung juga berdampak pada bidang sosial dan budaya. Paling kurang, orang-orang dari luar daerah Berau tertarik untuk hadir di Berau, lantaran pagelaran lomba kicau yang dibuat.

“Teman-teman dari nasional kalau sudah menginjakkan kaki di Berau ini sudah luar biasa. Paling tidak mereka sudah datang ke Berau, tahu lingkup Berau, wisatanya, dan sebagainya,” terang ayah satu anak ini.

Menurut Tony, geliat perlombaan kicau burung ini sebenarnya bisa merambah juga pada sektor pariwisata. Dirinya juga hendak memperkenalkan pariwisata Berau hingga ke kancah nasional melalui kicau burung. Namun, untuk saat ini, hal itu belum mampu dibuatnya.

Kicau burung baginya penting untuk menumbuhkan sektor pariwisata, tentu ditengarai oleh banyaknya peserta lomba yang datang dari luar Berau. Kehadiran para peserta lomba ini tentu mendongkrak jumlah wisatawan yang datang ke Berau.

“Sebenarnya ada pemikiran untuk membuat perlombaan, langsung di destinasi wisata. Itu sangat bagus. Tapi kita terkendala di fasilitas dan budget yang tentu tidak sedikit. Mungkin ke depannya kita agendakan untuk ke sana,” bebernya.

Melalui pengalamannya itu, Tony berharap kaum muda saat ini kreatif dalam melihat peluang bisnis. Sebab, harus diakui bahwa banyak kawula muda yang lebih menekuni sektor pertambangan dan perkebunan khususnya sawit yang dinilai seksi karena mudah mendapatkan uang (easy money).

“Transaksi burung saat ini sebenarnya sebuah peluang. Kalau teman-teman cermat membacanya, tentu ada banyak hal yang bisa dilakukan,” tegasnya.

Tak hanya kepada kaum muda, Tony juga meminta pemerintah daerah untuk membuat kebijakan yang bisa menampung hobi semacam ini. Sebab bila dilihat secara serius, terdapat banyak manfaat positif yang dapat diperoleh dari sektor kicau burung tersebut.

“Kami sangat butuh sentuhan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan nilai-nilai pariwisata tadi melalui cara-cara kami (kicau burung),” pintanya.

Untuk diketahui, selain menyukai burung, Tony juga berbakat dalam berbisnis di bidang jasa, rental alat berat. Tiga tahun terakhir dirinya bekerja sebagai seorang wirausahawan dengan membuka bisnis di beberapa daerah seperti Berau, Samarinda, dan Tenggarong. (*)

Bagikan

Subscribe to Our Channel