Follow kami di google berita

Dampak Pembangunan IKN Persempit Wilayah Menjaring Nelayan

Dampak Pembangunan IKN Persempit Wilayah Menjaring Nelayan

A-News.id, PPU – Pembangunan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menggunakan jalur laut sebagai akses pengiriman bahan bangunan, logistik, dan ekspor sumber daya alam (SDA) terlihat sangat masih di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), hal tersebut jutru semakin mempersempit wilayah menjaring ikan bagi para nelayan yang hidup disekitar wilayah Teluk Balikpapan.Selain itu, warga Kelurahan Pantai Lango juga sedang was-was akibat tersiar kabar pemukimannya akan segera digantikan dengan Dermaga-Dermaga perusahaan besar.

Selain itu, sejak beberapa tahun terakhir pembangunan dermaga logistik untuk menyuplai batubara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dibangun di sisi Jembatan Bentang Panjang Pulau Balang. Terutama bagi masyarakat yang berada di tiga kelurahan yaitu Pantai Lango, Jenebora dan Maridan marasakan dampak langsung dari aktivitas tersebut yang sebagian menggantungkan hidupnya pada perairan Teluk Balikpapan.

“Semakin sempit wilayah menjaring ikan, maka pendapat kami juga semakin berkurang secara drastis. Bahkan sekarang mencapai 50 persen,” ucap Sabar Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan, Senin, (11/06/2024)

Sabar menjelaskan, pada tiap harinya, dirinya mampu menghasilkan kurang lebih 10 kilogram untuk dijual kembali, namun sejak adanya kegiatan pembangunan IKN hanya mampu menghasilkan 5 kilogram per hari. Dia menambahkan, tantangan lainnya juga berasal dari perusahaan yang dermaganya berada di Teluk Balikpapan. Para Nelayan kerap kali dilarang ketika mendekat ke daerah Dermaga dengan dalih telah sesuai aturan. Sadar mengungkapkan, dirinya diberitahu oleh pekerja di Bandara Very-Very Important Person (VVIP) bahwa lokasi pemukiman yang sekarang ditempati Nelayan akan di relokasi untuk menunjang pembangunan yang sedang berlangsung di IKN.

“Kami dari turun-temurun sudah tinggal disitu dari nenek moyang, memang belum disosialisasikan tapi kabar dari pekerja wilayah pesisir akan di relokasi,” tambahnya.

Sadar mengungkapkan, aktivitas nelayan yang biasanya mampu menangkap beberapa jenis ikan dan udang seperti Trakulu, kakap, Udang White kini mengalami penurunan pada tiap harinya.

“Biasa setiap harinya mendapat 7 kilogram menjadi 3 kilogram. Jadi akhhirnya kami mencari pendapatan lain dengan bubu kepiting di sela-sela bakau,” terangnya.

Sabar menyampaikan, mau tidak mau para nelayan harus mencari ikan ke arah laut lepas. Sayangnya, kapal Nelayan merupakan kapal yang kecil sehingga resikonya semakin besar jika harus mencari ikan ke laut lepas.

“Resikonya semakin besar, kapal kami kecil tidak mungkin bisa terus ke arah laut,” terangnya.

Nelayan lainnya, Sahrul mengatakan hulu-hulu sungai yang menjadi habitat berbagai biota laut ditutup oleh perusahaan-perusahaan di sekitar Teluk Balikpapan. Sehingga tak heran kualitas air pun menurun, semakin keruh dan menyulitkan Nelayan yang memancing.

“Ikan jadi malas makan umpan pancing kami, airnya semakin keruh, padahal dulu bening. Belum lagi perusahaan mendorong-dorong (Dermaga),” tandasnya.

Sahrul juga menerangkan menurut informasi yang dirinya telusuri, telah direncanakan sekitar 20 pelabuhan yang akan difungsikan di pemukiman tersebut. Nantinya, daerah tersebut Ia jelaskan akan menjadi pelabuhan logistik.

“Kami dari perwakilan 25 KUB kelompok nelayan tidak setuju jika harus di relokasi ke tempat lain,” tegasnya.

Ia terangkan sampai saat ini pihaknya belum mengetahui akan direlokasi ke daerah mana. Yang pasti, daerahnya merupakan daerah yang paling strategis untuk dijadikan sebagai pelabuhan bongkar muat atau logistik. Dikarenakan tinggi air yang paling stabil adalah Kelurahan pantai Lango, berbeda dengan daerah pesisir lainnya.

“Pantai Lango paling dekat dan paling stabil untuk jadi pelabuhan, makanya paling strategis,”tandasnya. (Ria)

Bagikan

Subscribe to Our Channel