Follow kami di google berita

Catatan Kritis Jambore Literasi Kabupaten Berau: Perlukah Dibangun Museum di Kota Tercinta Ini?

M Ikhsan Rapi

A-news.id, Tanjung Redeb — Usai sudah perhelatan Jambore Literasi III Tahun 2022 Kabupaten Berau yang digelar beberapa waktu lalu pada 1-5 November 2022. Selama kegiatan tersebut, berbagai tempat menjadi pilihan untuk dikunjungi. Misalnya Perpustakaan SMAN 70 Jakarta (Juara I tingkat nasional tahun 2021), Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan UI – Kampus FIB UI (Prodi Ilmu Perpustakaan dan informasi), dan Museum Kepresidenan RI (Balai Kirti).

Selama kegiatan berlangsung, antusiasme peserta begitu tinggi hingga menikmati seluruh rangkaian acaranya. Saat momen yang membutuhkan konsentrasi penuh, mereka fokus dan mengikutinya dengan seksama. Begitu pun saat diskusi , berbagai argumentasi terukur saling berbalas. Kala waktu santai tiba, mereka tertawa lepas, nyanyi bersama, foto selfie dan welfie. Bahkan, mengeluarkan senjata pamungkas berupa teka-teki ngakak. Pokoknya, terasa senang dan gembira.

Rasa bahagia itu menyeruak ke seluruh peserta yang lebih banyak diikuti oleh tenaga pendidik sebagai orang yang berada di garis terdepan mengasah akal dan kalbu anak didiknya. Kegiatan berkonsep wisata edukasi ini memberikan efek positif dan pada akhirnya akan mengalir ke sekolah-sekolah di kota tercinta Bumi Batiwakkal.

Karena memberikan asas manfaat, tak ada salahnya Pemkab Berau dan pihak Legislatif terus mendukung dan mensupport kegiatan ini. Bahkan, kalau perlu anggarannya ditambahkan. Agar tenaga pendidik yang ikut serta tidak terbebani dengan biaya konstribusi dan juga bisa menjangkau lebih banyak guru mulai dari TK hingga SMA.. Anggaran ini bisa dialokasikan di Dinas Perpustakaan dan Arsip.

Berkaitan dengan kunjungan, ada tiga tempat yang disambangi yaitu: Perpustakaan SMAN 70 Jakarta yang meraih predikat Juara Pertama Tingkat Nasional 2021, Perpustakaan Nasional RI, dan Perpustakaan UI pada Kampus FIB UI (Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi).

Menurut Pengelola Perpustakaan Ki Hajar Dewantara SMAN 70 Jakarta, prestasi yang dicapai berkat kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak serta pembinaan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta. SMAN 70 diharapkan dapat menjadi pelopor Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang menjadikan pustakawan sekolah bergerak dalam memobilisasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Perpustakaan sekolah dapat berkolaborasi dengan guru di dalam proses pembelajaran untuk pencarian informasi, sesuai dengan tematik atau tujuan pembelajaran dari mata pelajar.

Perpustakaan Nasional RI jalan Medan Merdeka, Gambir adalah perpustakaan yang mewah, lengkap dengan lantai hingga 24 tingkat. Dalam pertemuan dengan pihak Perpusnas, kami meminta agar diberi bantuan kepada Perpustakaan Berau, dan komunitas literasi yang ada di sana. Sementara itu, Perpustakaan UI yang terletak di Kampus FIB UI (Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi) sudah bertransformasi digital. Bangunannya keren, unik, berdesain art deco. Posisi bangunannya pas depan danau dengan anggaran pengelolaannya sekira 30 M tiap tahun.

Saat berkunjung ke Museum Kepresidenan RI (Balai Kirti) di kota Bogor, Jawa Barat (4/11), sontak saya teringat dengan kisah Museum Guggenheim yang ada di Bilbao, Spanyol, meski berbeda dengan museum yang ada di Bogor itu. Setelah kejadian teror besar yang meluluh-lantakkan gedung pencakar langit Wall Street di AS, kelesuan perekonomian kemudian menyebar ke penjuru dunia dan sampai juga ke kota Bilbao, Spanyol.

Alhasil, kelesuan ekonomi sangat mengkhawatirkan kota Bilbao. Museum yang berada di kota itu direnovasi secara besar-besaran. Museum kemudian menjadi episentrum di mana orbit perputaran ekonomi kota ini bergerak kembali. Kunjungan wisata mampu menggerakkan berbagai sektor usaha lain yang menjadi penunjang, seperti perhotelan, transportasi, industri kerajinan serta jasa layanan lainnya. Akhirnya, efek museum Bilbao mengangkat kembali perekonomian kota, bahkan negara Spanyol.

Keberhasilan yang dicapai oleh kota Bilbao mengakibatkan efek besar sampai ke luar negeri. Berbagai kota di Eropa kemudian menjadikan Bilbao sebagai rujukan sebuah kota yang sangat berhasil menemukan kekuatan lokalitasnya untuk pertumbuhan kesejahteraan warganya.

Dari cerita singkat Museum Guggenheim dan kunjungan ke Museum Kepresidenan RI, pikiran ini tergelitik untuk memunculkan ide membangun pula museum di kabupaten Berau. Tempat ini akan menjadi wisata edukasi yang sehat, mendidik, dan reaktif bagi siswa-siswi, mahasiswa, dan masyarakat umum. Di museum ini pula, dapat ditampilkan foto-foto atau dokumentasi baik fisik maupun visual sejarah Kabupaten Berau, termasuk juga dokumentasi Bupati pertama sampai sekarang.

Keberadaan museum menjadi sangat penting, mengingat museum adalah simbol sebuah peradaban dan memiliki tanggung jawab serta fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya masyarakat baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Di samping itu, museum juga sebagai tempat pembentukan ideologi, disiplin, dan pengembangan pengetahuan bagi publik.

Tentu saja, kita pun mengharapkan agar nantinya museum itu memunculkan dampak ikutan yang bersifat multiplier effect. Memicu sektor usaha lainnya bergeliat, seperti sektor UMKM industri kerajinan masyarakat, kuliner, perhotelan, transportasi, serta jasa layanan lainnya. Jika demikian, perlukah dibangun museum di kota tercinta ini sebagai simbol sebuah peradaban? (*/Anggota DPRD Berau)

Bagikan

Subscribe to Our Channel