A-news.id, Tanjung Redeb — Warga terlihat berbondong-bondong mendatangi kantor Perumdam Air Minum Batiwakkal pada Jumat (3/1/2025) siang. Kedatangan mereka awalnya untuk membayar kewajiban penggunaan air, namun berujung nestapa.
Beberapa dari mereka bahkan terlihat syok, saat mendapati jumlah tagihan air minum yang harus dibayar, naik hingga berkali lipat. Pertanyaan – pertanyaaan pun keluar karena merasa kenaikan yang terjadi tidak wajar.
“Saya hanya 2 orang di rumah. Yang biasanya perbulan hanya membayar Rp100 ribu, tiba-tiba naik sampai Rp500 ribu. Kalau seperti ini saya tidak sanggup bayar penggunaan air PDAM,” ujar salah satu warga Tanjung Redeb yang enggan disebutkan namanya.
Tak hanya itu, beberapa bahkan mengaku kenaikan tarif yang harus mereka bayar hingga di angka jutaan rupiah. Padahal di bulan sebelumnya hanya menyentuh ratusan ribu rupiah.
“Kalau memang ada kenaikan ya masyarakat harus diberi tahu, jangan langsung naik di rekening tagihan pembayaran. Apalagi sosialisasinya juga tidak ada, hanya lewat RT, yang belum tentu diketahui semua masyarakat,” tambahnya.
Melihat adanya polemik terkait tagihan air PDAM ini, Direktur Perumdam Batiwakkal Saipul Rahman pun angkat bicara. Dalam penjelasan singkatnya, PDAM diakuinya memang melakukan penyesuaian tarif karena beberapa faktor.
Faktor pertama, menghindari kerugian PDAM yang selama ini kekurangan biaya operasional, ditutupi oleh pendapatan dari sambungan baru. Dimana pada tahun 2024 tidak bisa terpenuhi karena batalnya pemasangan Inpres 1/2024.
“Di bulan Desember 2024 kemarin, kami lakukan evaluasi dan kemungkinan merugi, kalau tidak segera dilakukan penyesuaian tarif. Kemudian untuk penyesuaian tarif justru menguntungkan tarif sosial dan tarif Masyarakat Berpenghasilan Rendah (turun 70%),” jelasnya.
Selain itu, tarif selain sosial juga hanya mengalami kenaikan 16% jika pemakaian air normal (20 M3). Karena selama ini rata-rata pemakaian air sangat boros. (Amel)