A-News.id, Tanjung Redeb — Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik menegaskan agar daerah jangan sampai keracunan regulasi. Dalam artian, semua aturan terfokus hanya pada Bupati dan Gubernur. Hal ini ditegaskannya saat menghadiri pembukaan Rakornas Bapemperda, Kepala Biro Hukum, Kabag Hukum dan Setwan se-Indonesia, di SM Tower, Selasa (23/7/2024).
“Hampir setiap daerah yang keracunan regulasi ini ada tiga indikatornya. Pertama birokrasi selalu menoleh ke belakang. Kedua lemah dalam berinovasi, karena terpatok aturan dulu yang begini lah. Ketiga cenderung lambat karena semuanya harus sesuai regulasi,” tegasnya.
Dijelaskannya, saat ini rata-rata semua OPD selalu mempersiapkan apapun itu sesuai dengan peraturan kepala daerah. Misalnya untuk pembentukan tim OPD yang sesuai fungsi dan tugas pokoknya sendiri, justru harus menunggu Perbup atau Pergub. Padahal dengan aturan sendiri semuanya bisa berjalan.
“Saya lihat ada confuse (kebingungan) di lapangan terkait regulasi ini. Sepertinya ada lempar tanggungjawab kepada Kepala Daerah. Padahal anda yang ditunjuk sebagai kepala OPD itu agar punya nyali dan keberanian mengambil keputusan. Padahal ada hal yang tidak seharusnya diatur melalui Perbup karena semua sudah ada Perdanya,” katanya.
Diungkapkannya juga, Pemprov telah bergerak cepat dalam hal regulasi bahkan hingga ke pusat. Namun terkadang daerah sendiri yang membuat lambat lantaran adanya saling tunggu, bagaimana aturan turunannya yakni Perbup dan Pergubnya.
Dengan adanya keterbatasan inovasi itulah yang akhirnya membuat biro hukum punya beban kerja sekian kali lipat, karena harus menyiapkan keabsahan hukum semua aturannya. Sehingga diharapkan dengan adanya rakor ini bisa jadi atensi. Dan tim hukum tidak mengalami obesitas dalam pekerjaannya.
“Dan ketika ada salah, siapa yang disalahkan? Biro hukum yang salah. Bagian hukum yang salah. Karena beban mereka dalam membuat legalitas aturan itu tadi. Belum lagi, ketika pemerintah tidak paham, dikasih anggaran sedikit-sedikit. Nanti malah dibilang anggaran sedikit, tapi kerjaannya banyak. Jadi memang harus ada inovasi,” tutupnya. (Amel)