Follow kami di google berita

BMKG Balikpapan Mencatat Terjadi 80 Kali Guncangan Gempa di Pulau Kalimantan Periode 2023

A-News.id, Balikpapan — Meski Indonesia termasuk negara yang rawan gempa bumi karena berada di jalur Cincin Api Pasifik, namun Pulau Kalimantan relatif lebih aman dari ancaman gempa. Hal ini dikarenakan Kalimantan berada di tengah-tengah Lempeng Eurasia yang stabil dan tidak berbatasan dengan lempeng-lempeng aktif lainnya.

Menurut Kepala Stasiun Geofisika Balikpapan, Rasmid, selama tahun 2023, hanya terjadi 80 kali gempa di Kalimantan, yang merupakan jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya.

“Wilayah Indonesia yang tingkat kegempaannya sangat tinggi berada di batas lempeng atau pertemuan lempeng-lempeng tersebut,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (27/12/2023).

Sedangkan, Kalimantan yang berada di tengah-tengah wilayah Indonesia mempunyai tingkat kegempaan yang rendah. Walaupun tingkat kegempaannya rendah, bukan berarti tidak ada gempa bumi sama sekali di wilayah Kalimantan.

“Dari 80 even gempa bumi, 14 diantaranya dirasakan oleh masyarakat sekitar, serta terdapat tiga gempa bumi yang berada diluar wilayah Kalimantan tetapi masih dirasakan di wilayah Pulau Kaltim,” tuturnya.

Gempa bumi di wilayah Kalimantan dikarenakan adanya sesar-sesar lokal, antara lain:

  • Sesar Meratus, yang memanjang dari selatan ke utara yang berada di Kalimantan Selatan, dengan panjang kurang lebih 100-110 kilometer.
  • Sesar Sangkulirang, yang memanjang dengan arah tenggara-baratlaut sepanjang Sungai Sangkulirang, diperkirakan panjangnya sekitar 100 Km. Berdasarkan catatan BMKG, sesar ini menyebabkan gempabumi dengan kekuatan 6.9-7.0 Mw yang menyebabkan tsunami setinggi 1 meter yang terjadi pada tanggal 14 Mei 1921.
  • Sesar Mangkalihat, yang hampir sejajar dengan Sesar Sangkulirang yang panjangnya kurang lebih sama dengan sesar sangkulirang, yaitu 100 kilometer.
  • Sesar Tarakan, yang berarah tenggara-baratlaut, dengan panjang sekitar 100 kilometer.
  • Sesar Adang, yang merupakan sesar purba yang memanjang dari Kalimantan bagian barat, tepatnya sekitar Kota Pontianak, menerus ke Kalimantan Tengah dan berujung di Kalimantan Timur.

Berdasarkan monitoring BMKG, ternyata sesar-sesar tersebut masih aktif, ini ditandai dengan sering terjadinya gempa-gempa di sekitar sesar tersebut.

Berdasarkan Peta Seismisitas, gempa-gempa tersebut merupakan gempa bumi tipe dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 kilometer, dengan kekuatan gempa 2.0 – 4.7 Mw.

“Adapun jumlah gempa terbanyak terjadi pada Juni 2023 yaitu sebanyak 13 kali gempabumi dan 5 gempabumi dirasakan oleh masyarakat, yaitu 2 kali dirasakan di wilayah Kalimantan Barat, dua kami dirasakan di Mahakam Hulu serta satu kali dirasakan di wilayah Sangkulirang,” ungkapnya.

Karena itu, kata dia, sampai dengan saat ini sejumlah mitigasi telah dilakukan oleh BMKG. Diantaranya, merapatkan jaringan seismograph di wilayah Kalimantan sebagai alat yang merekam gempa bumi dan sampai saat ini sudah terbangun shelter seismograph sebanyak 25 buah di seluruh Kalimantan.

“Walau jika dibandingkan dengan luasan Kalimantan masih belum memenuhi standar sebuah jaringan seismograph,” katanya.

Selain itu, diakuinya, berdasarkan monitoring BMKG dalam 10 tahun terakhir aktivitas gempa bumi di wilayah Kalimantan terus mengalami peningkatan.

Sebab itu, pihaknya membangun sistem diseminasi gempabumi dan tsunami secara real time di beberapa wilayah yang dipandang perlu urgent, berupa WRS NG ( Warning Receiver System New Generation) yang ditempatkan sebagian besar di Pusdalops BPBD kota /kabupaten.

Selanjutnya, melaksanakan sosialisasi dan simulasi gempabumi dan tsunami di sekolah-sekolah atau kepada masyarakat umum, melalui program BMKG yaitu SLG (Sekolah Lapang gempabumi dan tsunami) dan BGTS ( BMKG Goes To School).

Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa ataupun masyarakan akan lebih memahami dan bertindak jika berada dalam kondisi seperti gempa bumi dan tsunami.

Diharapkan dukungan dari Pemerintah Daerah sehingga terbentuk masyarakat yang tangguh hadapi bencana.

“Kemudian membangun alat deteksi permukaan pasang surut air laut di Pantai timur Kalimantan, untuk keperluan warning tsunami. Diharapkan dukungan dari pemerintah daerah sehingga terbentuk masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana,” pungkasnya.(/tim)

Bagikan

Subscribe to Our Channel